Sabtu, 17 Desember 2011

Surat Untuk Rektor :)

Menulis, bisa dilakukan dimana saja. kapan saja. dalm suasana apa saja.
Saya pernah punya seorang teman, dan sekarang mungkin tidak berteman lagi. Hobinya menulis. menulis apapun bahkan terkadang dia menulis apa yang seharusnya tidak ditulis. Karna menurutnya, sesuatu lebih bermakna jika berwujud. Mungkin maksudnya tidak seperti perkataan lisan yang hanya lalu, tulisan punya definisi lebih yang mungkin akan ada selama tidak terhapus ingatan dan waktu.

Ingin rasanya setiap apa yang dilihat, didengar dan dirasakan dituangkan kedalam tulisan, kembali lagi ke awal, agar lebih bermakna, terkadang butuh sesuatu untuk membuat itu nyata. Dalam beberapa hari belakangan, terlalu banyak kejadian yang menguras emosi, tawakah, airmatakah, terkadang hanya ada lapisan tipis transparan yang membedakannya.

ANTARA MAHASISWA, PILKADA ACEH dan SAYA..

Sebut saja Inisialnya Mr. D. ini adalah tulisan menurut perspektif pribadi yang semoga tidak menimbulkan berbagai macam spekulasi aneh. Pernah dengar tentang Tri Dharma perguruan tinggi? Apa isinya? Bagaimana penerapannya?

Bukan, ini bukan tentang tri dharma perguruan tinggi, jangan berbicara terlalu jauhlah. Sebicara menurut apa yang terlihat saja, apa yang diamati. Sekitar 3 minggu yang lalu,kalau tidak salah, saat itu malam Dies Natalis Kampus tercinta, Universitas Syiah Kuala. Bukan acara Dies Natalis itu yang buat berbeda, tapi saat ada 4 orang yang memegang spanduk bertuliskan "TOLAK POLITISI KAMPUS". Benar saja, dua hari yang lalu saya baru membaca berita dikoran kalau Mr.D resmi mencalonkan diri menjadi Bakal Calon Gubernur Aceh.. oooooo....Apa lagi ini, ternyata orang yang se cendikia itu -menurut saya- bisa tergiur juga oleh politik .Itu hanya cerita sambil lalu, sampai pada 4hari kemudian saya dihubungi oleh seorang teman yang mengajak saya untuk mendiskusikan masalah "politik praktis" dilingkungan kampus.

Hanya cerita singkat yang melatarbelakangi kenapa saya harus repot-repot membuat tulisan tentang kejadian tersebut, mengapa? karena terkadang, tidak semua orang akan peduli karena hal ini, sebenarnya apa pentingnya?! Buat saya ini penting, ketika saya menganggap bahwa Tridharma perguruan tinggi itu penting !

Mungkin, hanya satu dari seribusatu mahasiswa yang menganggap hal ini penting, apalagi tujuan mahasiswa "heyy..aku disuruh sama ortu aku untuk kuliah, bukan untuk membahas hal tidak penting seperti ini" hah, itulah pasti yang akan kita katakan. Tapi, apakah kita pernah berfikir tentang sesuatu yang sebenarnya secara tidak langsung akan mempengaruhi setiap element yang mungkin secara tidak langsung juga akan berpengaruh terhadap kita?
Ini lah realita yang terjadi, jika saya diberikan kesempatan untuk bertemu Mr.D saya akan mengajaknya mengobrol tentang hal ini. Atau paling tidak memberinya surat sajalah. Karena terkadang saya sering gugup jika berbicara dengan orang secerdas itu!

Dear Mr.D..
Saya menulis surat ini, saat saya sedang duduk menyendiri, dan memandangi spanduk yang terpasang disebelah Pamplet nama Universitas kita. Tak perlu saya tuliskan apa isinya, semoga Sir punya waktu untuk sekedar melirik spanduk itu saat sedang berjalan - jalan mungkin.
Yang saya ingin bahas bukan tentang spanduk itu, tapi tentang mengapa bisa spanduk yang hanya tertulis dengan cat semprot itu bisa ada disitu.
Mr D..
Saya pernah mendengar tentang anda dari ibu saya, anda adalah potret seorang guru yang luar biasa. Cerdas, disiplin, taat, dan semua hal terbaik yang pernah dimiliki oleh seorang guru ada pada anda, dan saya yakin, Daerah kita tercinta ini, sangat membutuhkan sosok seperti anda. Sir, entahlah, menurut perspektif saya, politik itu kejam, dan saya tidak setuju jika orang secerdas anda harus terjerumus kedalam sesuatu yang kejam itu. Entahlah Sir, mungkin saya belum terlalu mengenal anda, dan benar - benar tidak mengenal anda. Itu adalah hak masing - masing orang untuk menentukan jalan terbaiknya. Tapi Sir, tidak ada maksud lain selain hanya ingin menyampaikan apa yang saya rasakan. Terkadang orang menjadi buta karena kekuasaan. Tidak bisa mengendalikan kekuasaan, akhirnya dikendalikan oleh kekuasaan. Semoga anda tidak begitu Sir, anda adalah salah satu Cedikia Aceh, guru untuk kurang lebih 4jutaan penduduk Aceh. Terakhir Sir, saya harap anda tidak marah dengan surat yang mengambang ini. Lihat sekeliling, Sir. Seperti sekeliling yang memperhatikan anda.
Salam Hormat Saya, Rezna....