Jumat, 21 Juni 2013

Sejarah Tun Sri Lanang, Permata Melayu di Negeri Aceh

Tun Sri Lanang merupakan seorang sastrawan Melayu. Ia dikenal sebagai penyunting dan penyusun Sulalatus Salatin. Tun Sri Lanang merupakan gelaran, dan nama sebenarnya adalah Tun Muhammad, pada waktu penyusunan Sulalatus Salatin ia telah berkedudukan sebagai Bendahara pada Kesultanan Johor.
Kebesaran Kesultanan Islam Malaka hancur setelah Portugis menaklukkannya tahun 1511. Banyak pembesar kerajaan yang menyelamatkan diri ke kerajaan lainnya yang belum dijamah oleh Portugis, seperti Pahang, Johor, Pidie, Aru (Pulau Kampai), Perlak, Daya, Pattani, Pasai dan Aceh. Portugis-pun berusaha menaklukkan kerajaan Islam yang kecil ini dan tanpa perlawanan yang berarti.
Perkembangan ini sangat menggundahkan Sultan Ali Mughayat Syah (1514-1530). Sultan berkeinginan untuk membebaskan negeri Islam di Sumatera dan Semenanjung Tanah Melayu dari cengkeraman Portugis. Keinginan Sultan ini didukung penuh oleh pembesar negeri Aceh dan dan para pencari suaka dari Melaka yang sekarang menetap di Bandar Aceh. Sultan memproklamirkan Kerajaan Islam Aceh Darussalam pada tahun 1521, dengan visi utamanya menyatukan negeri kecil seperti Pedir, Daya, Pasai, Tamiang, Perlak dan Aru.
Sultan Alaidin Ali Mughayatsyah berprinsip "Siapa kuat hidup, siapa lemah tenggelam" oleh karenanya dalam pikiran Sultan untuk membangun negeri yang baru diproklamirkannya perlu penguatan di bidang politik luar negeri, militer yang tangguh ekonomi yang handal dan pengaturan hukum/ketatanegaraan yang teratur.Dengan strategi inilah menurut pikiran Sultan, Kerajaan Islam Aceh Darussalam akan menjadi Negara yang akan diperhitungkan dalam percaturan politik global sesuai dengan masanya dan mampu mengusir Portugis dari negeri negeri Islam di Nusantara yang telah didudukinya.
Dasar pembangunan kerajaan Islam Aceh Darussalam yang digagaskan oleh Sultan Alaidin Ali Mughayatsyah dilanjutkan oleh penggantinya seperti Sultan Alaidin Riayatsyah Alqahhar, Alaidin Mansyursyah, Saidil Mukammil dan Iskandar Muda. Aliansi dengan negara-negara Islam di bentuk, baik yang ada di nusantara maupun di dunia internasional lainnya, misalnya Turki, India, Persia, Maroko. Pada zaman inilah Aceh mampu menempatkan diri dalam kelompok "lima besar Islam" Negara-Negara Islam di dunia. Hubungan diplomatik dengan negeri non-muslimpun dibina sepanjang tidak mengganggu dan tidak bertentangan dengan asas-asas kerajaan.
Perseteruan kerajaan Aceh dengan Portugis terus berlangsung sampai tahun 1641. Akibatnya banyak anak negeri yang syahid baik itu di Aceh sendiri, Aru, Bintan, Kedah, Johor, Pahang dan Terengganu. Populasi penduduk Aceh menurun drastis. Sultan Iskandar Muda mengambil kebijakan baru dengan menggalakkan penduduk di daerah takluknya untuk berimigrasi ke Aceh inti, misalnya dari Sumatera Barat, Kedah, Pahang, Johor dan Melaka, Perak, Deli.
W. Linehan, mengatakan "the whole territory of Acheh was almost depopulated by war. The king endeavoured to repeople the country by his conquests. Having ravaged the kingdoms of Johore, Pahang, Kedah, Perak and Deli, he transported the inhabitants from those place to Acheh to the number of twenty-two thousand person".Peristiwa ini terjadi pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636).
Pada tahun 1613, Iskandar Muda menghancurkan Batu Sawar, Johor seluruh penduduknya termasuk Sultan Alauddin Riayatshah III, adiknya Raja Abdullah, Raja Raden dan pembesar pembesar negeri Johor-Pahang seperti Raja Husein (Iskandar Thani), Putri Kamaliah (Protroe Phang), dan Bendaharanya (Perdana Menteri) Tun Muhammad, lebih dikenal dengan nama samarannya "Tun Sri Lanang" dipindahkan ke Aceh dan dijadikan raja pertama Samalanga (1615-1659). Tun Sri Lanang inilah yang akan penulis diskusikan pada hari ini didasarkan pada:

  • Tiga Sultan kerajaan negeri di Malaysia yaitu Johor, Pahang dan Terengganu adalah keturunan Tun Sri Lanang.
  • Pemerintah Malaysia telah menetapkan Tun Sri Lanang sebagai pujangga agung bersama Abdullah Munsyi. Bahkan pemerintah Malaysia menempatkan nama Tun Sri Lanang pada jalan-jalan utama dan gedung-gedung pertemuan baik di kalangan akademik maupun tempat pertemuan lainnya.
  • Karya Tun Sri Lanang "Sulalatus Salatin" telah menjadi rujukan apabila ingin menuliskan Sejarah Melayu Modern.
  • Sedikit sekali masyarakat Aceh yang pernah mendengar nama Tun Sri Lanang apalagi mempelajari kisah hidupnya padahal beliau menghabiskan masa akhir hidupnya di Aceh dan menjadi Ampon syik pertama Samalanga serta dimakamkan di sebuah desa kecil lancok kecamatan Samalanga. Tun Sri Lanang ini bisa dijadikan perekat hubungan antara Aceh dengan Malaysia.

Pemerintahan Kerajaan Islam Aceh Darussalam menerapkan pendekatan lunak maupun tegas untuk menjaga keutuhan wilayahnya, dari ancaman disintegrasi bangsa baik yang bersumber dari dalam negeri maupun luar negeri. Strategi lunak yaitu "politik meubisan" dan "rotasi pimpinan daerah taklukan Aceh". Kalau jalan ini tidak berhasil Sultan akan mengerahkan angkatan perangnya menundukkan daerah taklukannya yang melawan terhadap kebijakan pusat.
Politik meubisan ini seperti pernah dilakukan oleh Sultan Iskandar Muda dengan mengawinkan adiknya dengan Sultan Abdullah Ma'ayat Shah. Kemudian Sultan Murka karena adik yang dicintainya diceraikan oleh Sultan Abdullah. Iskandar Muda memerintahkan pasukannya untuk membumi hanguskan Batu Sawar, ibukota Kerajaan Johor Lama pada tahun 1623. Abdullah-pun mangkat dalam pelarian di Pulau Tembelan.
Politik meubisan berhasil juga menundukkan Perak dan Pahang. Setelah pembesar-pembesar pahang mengetahui anak negerinya Raja Mughal anak Sultan Ahmad dinobatkan sebagai sultan Kerajaan Islam Aceh Darussalam menggantikan Iskandar Muda pada tahun 1637 M, Adik Sultan Iskandar Tsani, Raja Sulong menjadi Sultan Perak ke-10 dengan gelar Sultan Muzaffar Shah II maka rakyat ke dua negeri langsung melakukan ikrar kesetiaan mendukung keutuhan Kerajaan Islam Aceh Darussalam.
Tun Seri Lanang atas saran Putri Kamaliah, Sultan Iskandar Muda menjadikannya raja pertama ke Samalanga. Rotasi pimpinan ini sering ditempuh guna mencegah terjadinya pemberontakan raja-raja yang mendapat dukungan rakyat.
Penobatan Tun Sri Lanang menjadi raja Samalanga mendapat dukungan rakyat, karena di samping beliau ahli dibidang pemerintahan juga alim dalam ilmu agama, Sultan Iskandar Muda mengharapkan dengan penunjukan ini akan membantu pengembangan Islam di pesisir timur Aceh. Penentangan yustru muncul dari beberapa tokoh masyarakat yang dipimpin oleh Hakim Peut Misei yang menginginkan kelompoknyalah yang berhak menjadi raja pertama Samalanga.
Alkisah menurut penuturan orang orang tua di sana. Setelah Hakim Peut Misei dan 11 orang pemuka negeri lainnya bersama rakyat setempat selesai membuka negeri Samalanga, bermusyawarahlah mareka siapa yang berhak menjadi raja pertama. Di antara panitia yang terlibat dalam persiapan pengukuhan keuleebalangan Samalanga dan daerah takluknya, terjadi pergaduhan dan atas saran masyarakat agar ke 12 orang panitia ini menghadap sultan Iskandar Muda, biarlah sultan yang akan menentukan pilihan terbaiknya untuk memimpin negeri pusat pendidikan Islam ini.
Sayup-sayup Puteri Pahang pun mengetahui rencana pertemuan 12 tokoh masyarakat yang akan menghadap sultan. Ia menginginkan ke-uleebalangan Samalanga dan daerah takluknya diisi oleh Datok Bendahara bergelar Tun Sri Lanang yang tiada lain adalah saudaranya sendiri. Siasat diatur cara ditempuh, Tun Seri Lanang diperintahkan berlayar ke Samalanga, berpura puralah ia sebagai seorang nelayan yang kumuh tetapi ahli melihat bintang. Rencana Putri Pahang Tun Sri Lanang harus duluan tiba di Samalanga dan ke 12 tokoh masyarakat ini diusahakan menggunakan jasa beliau untuk berlayar ke kuala Aceh menghadap Baginda.
Pada hari yang telah disepakati bersama, berangkatlah 12 orang panitia menghadap tuanku sultan dengan didampingi seorang pawang dari kuala Samalanga menuju kuala Aceh. Ke 12 orang ini mengatur sembah sujud kehadapan baginda dan mengutarakan maksud dan tujuan menghadap Daulat Tuanku Meukuta Alam. Mareka meminta kepada tuanku agar salah satu dari mareka dinobatkan menjadi uleebalang pertama Samalanga. Sultan setelah meminta pendapat orang orang besar kerajaan dan Puteri Pahang setuju menobatkan salah satu dari mareka menjadi raja pertama asal cincin kerajaan yang telah disiapkan oleh Puteri Pahang cocok untuk jari kelingking mareka.
Setelah dicoba satu persatu, cincin kerajaan ini terlalu besar untuk dipakai pada 12 orang tersebut. Puteri Pahang menanyakan pada mareka apa ada orang lain yang tidak dibawa ke balai rung istana? Mareka dengan hati kesal menjawab memang masih ada tukang perahu. Tun Seri Lanangpun dihadapkan kehadapan Sultan, cincin kerajaan sangat cocok untuk jari kelingkingnya.
Iskandar Muda menobatkan Tun Seri Lanang menjadi raja pertama Samalanga. Sewaktu mareka pulang Tun Seri Lanang dibuang di tengah laut di kawasan laweung kejadian ini dikenal dalam masyarakat Samalanga Peristiwa Laut. Maharaja Lela Keujroeun Tjoereh (Laweung) menyelamatkannya dan bersama T. Nek Meuraksa Panglima Nyak Doom menghadap Baginda dan memberitahukan penemuan Tun Seri Lanang di Tengah Laut. Baginda Murka dan memerintahkan Maharaja Goerah bersama T. Nek Meuraksa Panglima Nyak Doom dan Maharaja Lela Keujroeun Tjoereh menemani Tun Seri Lanang ke Samalanga. Hakim Peut Misee dan 11 orang panitia persiapan keuleebalangan dihukum pancung oleh sultan.
Tun Sri Lanang menjadi uleebalang pertama Samalanga pada tahun 1615-1659 M dan mangkat di Lancok Samalanga. Pada masa pemerintahannya berhasil menjadikan Samalanga sebagai pusat pengembangan Islam di kawasan timur Aceh, dan tradisi ini terus berlanjut sampai dengan saat ini. Beberapa mesjid di sana di bangun pada zamannya seperti Mesjid Matang wakeuh, tanjungan.
Keturunan Tun Sri Lanang di Aceh Tun Rembau yang lebih dikenal dengan panggilan T. Tjik Di Blang Panglima Perkasa menurunkan keluarga Ampon Chik Samalanga sampai saat ini dan tetap memakai gelar Bendahara diakhir namanya seperti Mayjen T. Hamzah Bendahara. Sedangkan sebagian keturunannya kembali ke Johor dan menjadi bendahara (Perdana Menteri) di sana seperti Tun Abdul Majid yang menjadi Bendahara Johor, Pahang Riau, Lingga (1688-1697). Keturunan Tun Abdul Majid inilah menjadi zuriat Sultan Trenggano, Pahang, Johor dan Negeri Selangor Darul Ihsan hingga sekarang ini.



Abaikan abaikan abaikan

Sudah sejauh ini dan aku masih diragukan
Sudah selama ini dan aku masih dianggap anak bawang
Haaaa haruskah aku jungkir balik sambil bilang wow keliling kampus ?
Oh mungkin aku tidak terlihat

Saat aku terlalu gemuk
Saat aku terlalu pucat
Saat tekanan darah terlalu rendah
Saat hemoglobin terlalu sedikit
Abaikan

Aku 21 tahun
Bukan 20 tahun
Abaikan

Tidak ada kue ulang tahun
Tidak ada kado
Abaikan

Nanti jika waktunya sudah tiba
Abaikan