Minggu, 21 Oktober 2012

Kopi dan Dunia



Ada cerita menarik berkaitan dengan sejarah kopi. Konon, Raja Gustaff II (1594-1632) dari Swedia pernah menjatuhkan hukuman kepada dua orang bersaudara kembar. Mereka dianggap bersalah dalam suatu tindak pidana yang dituduhkan kepada mereka. Untuk menentukan siapa yang bersalah, sang raja membuat aturan unik dan tak lazim.
Salah seorang hanya diizinkan minum kopi selama hidupnya, sedangkan seorang lagi hanya boleh minum teh. Nah, siapa yang lebih dulu meninggal, dialah yang dianggap bersalah. Ternyata, yang meninggal duluan adalah peminum teh pada usia 83 tahun, meski sudah terlambat, dia ditetapkan sebagai yang bersalah. Sejak saat itulah, orang Swedia dan negara-negara di kawasan Skandinavia menjadi begitu maniak dan fanatik terhadap kopi. Mungkin mereka percaya dengan minum kopi, umur mereka bisa lebih panjang.
Kisah Raja Gustaff II dan aturan minum kopinya hanyalah salah satu kisah unik yang mewarnai perjalanan kopi. Di sejumlah tempat dan negara ada banyak legenda dan kisah mengenai kopi, meski kisah-kisah tersebut bercampur aduk antara mitos dan sejarah. Legenda paling masyhur dalam perjalanan kopi adalah kisah Kaldi dan temuan “biji merah ajaibnya”.
Dalam satu kisah disebutkan, sekitar abad ke-3, hiduplah seorang penggembala kambing di Ethiopia bernama Kaldi. Kaldi dikenal sebagai penggembala yang baik dan sangat bertanggung jawab terhadap hewan yang diurusnya. Suatu hari, kambing-kambing tersebut tidak pulang dan Kaldi pun mencarinya. Ketika ditemukan, Kaldi melihat kelakuan aneh diperlihatkan oleh kambing-kambingnya, berloncatan riang gembira, seperti sedang mabuk.
Tentu saja Kaldi heran dan mencari tahu apa gerangan yang menyebabkan kambing-kambing itu “menari-nari”? Kaldi kemudian tertarik oleh sekumpulan biji-biji berwarna merah mengilap yang ada di semak-semak dan dimakan oleh kambing-kambingnya. Dengan rasa ingin tahu, Kaldi pun mencoba memakan biji-biji tersebut. Sungguh ajaib, beberapa saat kemudian sang penggembala kambing itu menari-nari dengan riang, sama seperti kelakuan kambing-kambingnya.
Saat itu lewatlah seorang pria terpelajar asal kota. Pria bernama Aucuba itu merasa mengantuk, lelah, dan lapar. Aucuba kebetulan menyaksikan “aksi gila” Kaldi dan kambing-kambingnya. Saking laparnya, Aucuba pun mencoba makan biji merah yang dimakan Kaldi. Tak berapa lama, Aucuba merasa tubuhnya jadi segar, tenaganya pulih, rasa mengantuknya hilang, dan siap melanjutkan perjalanannya.
Ia pun membawa beberapa biji merah ke kota dan mencampurnya dengan makanan lain. Ia juga menggunakan biji merah itu sebagai bahan pencampur bagi minuman para biarawan agar bisa tetap terjaga selama berdoa. Ia juga menyebarkan biji-biji merah yang ajaib itu ke kota dan biara lain. Aucuba pun jadi orang kaya. Sedangkan, kisah Kaldi dengan kambing-kambingnya tak ada kelanjutannya.
Terlepas dari berbagai legenda, mitos, dan klaim berbagai pihak, sejarah mencatat penanaman komersial kopi pertama kali dilakukan di Arab pada abad ke-15. Untuk jangka waktu yang lama, perdagangan komoditi yang berkelas tersebut dijaga dengan sangat ketat, para petani Arab berusaha dengan berbagai cara untuk menghentikan negara lain memperoleh biji kopi mereka yang berharga. Sejalan dengan waktu, biji kopi serta potongan tanaman tersebar ke daerah Aden, Mesir, Suriah, serta Turki di mana kopi terkenal sebagai “anggur arab” .
Dari dunia Muslim, kopi menyebar ke Eropa, di mana minuman ini menjadi populer selama abad ke-17. Orang Belanda adalah yang pertama kali mengimpor kopi dalam skala besar ke Eropa dan pada suatu waktu menyelundupkan bijinya pada tahun 1690 karena tanaman atau biji mentahnya tidak diizinkan keluar kawasan Arab. Kemudian, berlanjut pada penanaman kopi di Jawa oleh orang Belanda.
Kopi pun dengan cepat menyebar ke Eropa. Meski masyarakat Italia sudah mengenal kopi sejak abad ke-10, namun pembukaan kedai kopi pertama, Botega Delcafe di Italia, baru terjadi pada tahun 1645. Kedai kopi itu kemudian menjadi pusat pertemuan para cerdik pandai di negeri pizza tersebut. Di Kota London, coffee house pertama dibuka di George Yard di Lombat Sreet dan di Paris, kedai kopi dibuka pada tahun 1671 di Saint Germain Fair.
Pada abad ke-18, misionaris (utusan), para pedagang serta kolonis memperkenalkan kopi pada Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Lingkungan alamnya yang alami terbukti merupakan tempat yang tepat untuk bertanam kopi sehingga kopi dapat tumbuh menyebar dengan cepat.
Sedangkan di Amerika, kopi dijadikan minuman nasional di Amerika Serikat dan menjadi menu utama di meja-meja makan pagi. Ketika kopi mencapai kawasan koloni Amerika, pada awalnya tidak sesukses di Eropa karena dianggap kurang bisa menggantikan alkohol. Akan tetapi, selama Perang Revolusi, permintaan terhadap kopi meningkat cukup tinggi, sampai para penyalur harus membuka persediaan cadangan dan menaikkan harganya secara dramatis, sebagian hal ini didasari oleh menurunnya persediaan teh oleh para pedagang Inggris.
Perjalanan kopi menjadi minuman yang paling digemari penduduk bumi memang tidak mulus. Ada masa-masa di mana kopi menjadi produk yang kehadirannya “diharamkan”. Pada tahun 1511, karena efek rangsangan yang ditimbulkan, dilarang penggunaannya oleh para imam konservatif dan ortodoks di majelis keagamaan di Mekah, Arab Saudi. Akan tetapi, karena popularitas minuman ini, larangan tersebut pada tahun 1524 dihilangkan atas perintah Sultan Selim I dari Kesultanan Utsmaniyah Turki. Di Kairo, Mesir, larangan yang serupa juga disahkan pada tahun 1532, di mana kedai kopi dan gudang kopi ditutup.
Seabad kemudian, tepatnya pada tahun 1656, Wazir Kerajaan Usmaniyah mengeluarkan larangan untuk membuka kedai-kedai kopi. Bukan hanya melarang kopi, melainkan menghukum orang-orang yang minum kopi dengan hukuman cambuk pada pelanggaran pertama. Tetapi, bertahun-tahun kemudian, pelarangan minum kopi di Timur Tengah lambat-laun terkikis sehingga jika seorang suami melarang istrinya minum kopi, si istri tersebut bisa memakai alasan ini untuk meminta cerai.
Di Italia, pendeta-pendeta melarang umatnya minum kopi dan menyatakan, minuman kopi itu dimasukkan sultan-sultan muslim untuk menggantikan anggur. Bukan hanya melarang, melainkan juga menghukum orang-orang yang minum kopi. Alasannya, kopi adalah “komoditas politik” kaum muslim dalam upaya menggeser popularitas anggur yang sejak lama sudah dikenal dan identik dengan kaum Katolik.
Larangan juga diberlakukan di Rusia, meski lebih bersifat “diskriminatif” dan menjaga wibawa aristokrasi kopi. Karena dianggap bergengsi sebagai minuman, Raja Frederick Agung dari Rusia pada tahun 1777 hanya memperbolehkan kalangan atas atau kelas bangsawan saja untuk menunjukkan kearistokratan kopi.
Pada awalnya, kopi di Indonesia berada di bawah pemerintah Belanda. Kopi diperkenalkan di Indonesia lewat Sri Lanka. Awalnya, pemerintah Belanda menanam kopi di daerah sekitar Batavia (Jakarta), Sukabumi, dan Bogor. Kopi juga ditanam di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumatra, dan Sulawesi. Pada permulaan abad ke-20 perkebunan kopi di Indonesia terserang hama yang hampir memusnahkan seluruh tanaman kopi. Pada saat itu, kopi juga ditanam di Timor dan Flores. Kedua pulau ini pada saat itu berada di bawah pemerintahan bangsa Portugis. Jenis kopi yang ditanam di sana juga adalah kopi arabika. Kopi ini tidak terserang hama.
Menurut situs wikipedia, pemerintah Belanda kemudian menanam kopi liberika untuk menanggulangi hama tersebut. Varietas ini tidak begitu lama populer dan juga terserang hama. Kopi liberika masih dapat ditemui di pulau Jawa, walau jarang ditanam sebagai bahan produksi komersial. Biji kopi liberika sedikit lebih besar dari biji kopi arabika dan kopi robusta.
Bencana alam, Perang Dunia II dan perjuangan kemerdekaan, semuanya mempunyai peranan penting bagi kopi di Indonesia. Pada awal abad ke-20 perkebunan kopi berada di bawah kontrol pemerintahan Belanda. Infrastruktur dikembangkan untuk mempermudah perdagangan kopi. Sebelum Perang Dunia II di Jawa Tengah terdapat jalur rel kereta api yang digunakan untuk mengangkut kopi, gula, merica, teh, dan tembakau ke Semarang untuk kemudian diangkut dengan kapal laut. Kopi yang ditanam di Jawa Tengah umumnya adalah kopi arabika. Sedangkan, di Jawa Timur (Kayu Mas, Blewan, dan Jampit) umumnya adalah kopi robusta. Di daerah pegunungan dari Jember hingga Banyuwangi terdapat banyak perkebunan kopi arabika dan robusta. Kopi robusta tumbuh di daerah rendah, sedangkan kopi arabika tumbuh di daerah tinggi.
Saat ini, kopi merupakan minuman ke-2 yang dikonsumsi di seluruh dunia, setelah air. Finlandia merupakan negara yang konsumsi per kapitanya paling tinggi, dengan rata-rata konsumsi per orang sekitar 1400 cangkir setiap tahunnya!
Kopi merupakan komoditas nomor dua yang paling banyak diperdagangkan setelah minyak bumi. Total 6,7 juta ton kopi diproduksi dalam kurun waktu 1998-2000 saja. FAO memperkirakan, pada tahun 2010, produksi kopi dunia akan mencapai 7 juta ton per tahun. (Sumber: netsains.com)

Sabtu, 06 Oktober 2012

Analisis Perekonomian dari Ekonomi Makro



Ketika harga produk yang  ingin kita beli naik, hal itu mempengaruhi prilaku konsumsi kita terhadap barang tersebut. Tapi mengapa harganya naik? Apakah permintaan lebih besar dari pasokan? Apakah biaya naik karena bahan baku menjadi langka dan harganya meningkat? Atau, apakah telah terjadi perang di suatu negara yang tidak kita ketahui sehingga mempengaruhi harga? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, kita perlu beralih ke ekonomi makro.

Apa Artinya?
Makroekonomi adalah studi tentang perilaku ekonomi secara keseluruhan. Ini berbeda dengan ekonomi mikro , yang lebih berkonsentrasi pada individu dan bagaimana mereka membuat keputusan ekonomi., makroekonomi sangat rumit dan ada banyak faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor ini dianalisis dengan berbagai indikator ekonomi yang akan memberikan informasi pada kita tentang kesehatan ekonomi secara keseluruhan.

Makroekonomi mencoba untuk meramalkan kondisi ekonomi untuk membantu konsumen, perusahaan dan pemerintah membuat keputusan yang lebih baik.
  • Konsumen ingin tahu betapa mudahnya akan untuk mencari pekerjaan, berapa banyak biaya untuk membeli barang dan jasa di pasar, atau berapa banyak mungkin biaya untuk meminjam uang.
  • Berbisnis dan berdagang  menggunakan analisis makroekonomi dapat membantu kita untuk menentukan apakah memperluas produksi barang atau jasa akan disambut baik oleh pasar. Akankah konsumen punya cukup uang untuk membeli produk yang kita perdagangkan , atau produk yang telah kita produksi  akan tertumpuk saja di gudang dan tidak ada yang membeli.
  • Pemerintah menggunakan analisa ekonomi makro saat menyusun  anggaran, menciptakan pajak, memutuskan suku bunga dan membuat keputusan kebijakan.
Analisis Makroekonomi secara luas berfokus pada tiga hal: output nasional (diukur dengan produk domestik bruto (PDB)), pengangguran dan inflasi .
Nasional Output: PDB
Output, konsep yang paling penting dari ekonomi makro, mengacu pada jumlah total barang dan jasa yang di hasilkan suatu negara umumnya dikenal sebagai produk domestik bruto. Ketika mengacu pada GDP, makroekonomi cenderung menggunakan PDB riil , yang diambil dari hasil perhitungan inflasi, sebagai lawan dari PDB nominal , yang mencerminkan perubahan harga. Angka PDB nominal akan lebih tinggi jika inflasi naik dari tahun ke tahun, sehingga tidak selalu menunjukkan tingkat output yang lebih tinggi, hanya harganya saja yang lebih tinggi.

Salah satu kekurangan dari PDB adalah karena informasi tersebut harus dikumpulkan setelah jangka waktu yang ditentukan selesai, nilai untuk GDP hari ini akan menjadi perkiraan. PDB digunakan sebagai batu loncatan ke dalam analisis ekonomi makro. Setelah serangkaian angka yang dikumpulkan selama periode waktu tertentu,dan kemudian angka angka tersebut dapat dibandingkan,kemudian ekonom dan investor dapat mulai menguraikan siklus bisnis , yang terdiri dari periode bergantian antara resesi ekonomi (merosot), dan ekspansi (booming) yang telah terjadi dari waktu ke waktu.
Dari sana kita bisa mulai melihat alasan mengapa siklus yang berlangsun bisa menjadi patokan kebijakan pemerintah, perilaku konsumen atau fenomena internasional. Tentu saja, angka-angka ini dapat dibandingkan di seluruh Negara yang berbeda pula. Oleh karena itu, kita dapat menentukan negara-negara asing berdasarkan tingkat perekonomian yang lemah maupun yang kuat. Berdasarkan apa yang di pelajari dari masa lalu, analis kemudian dapat mulai digunakan untuk meramalkan keadaan masa depan perekonomian.
Pengangguran
Tingkat pengangguran memberitahu makroekonomi berapa banyak orang yang tersedia sebagai tenaga kerja (angkatan kerja) tidak dapat menemukan pekerjaan. Dalam makroekonomi ditetapkan bahwa ketika perekonomian telah mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu, yang ditunjukkan dalam tingkat pertumbuhan GDP, tingkat pengangguran cenderung rendah. Hal ini karena dengan  meningkatnya PDB secara nyata, kita tahu output yang lebih tinggi, dan, karenanya, buruh lebih banyak diperlukan untuk bersaing dengan tingkat yang lebih besar dari produksi.

Inflasi
Faktor utama ketiga adalah tingkat inflasi, atau tingkat di mana harga harga naik. Inflasi terutama diukur dalam dua cara: melalui Indeks Harga Konsumen (IHK) dan deflator PDB . CPI menggambarkan harga saat yang dipilih barang dan jasa yang diperbarui secara berkala. Deflator GDP adalah rasio GDP nominal terhadap GDP riil. Jika GDP nominal lebih tinggi dari PDB riil, kita dapat mengasumsikan bahwa harga barang dan jasa telah meningkat. Kedua CPI dan GDP deflator cenderung bergerak ke arah yang sama dan berbeda dengan kurang dari 1%.

Permintaan dan Pendapatan Disposable
Yang menentukan output demand antara berasal dari konsumen (untuk investasi atau tabungan - perumahan dan bisnis terkait), dari pemerintah (pengeluaran atas barang dan jasa dari karyawan federal) dan dari impor dan ekspor. Permintaan itu sendiri, bagaimanapun, tidak akan menentukan berapa banyak barang atau jasa yang akan diproduksi. Permintaan konsumen tidak selalu apa yang mereka mampu beli, sehingga untuk menentukan permintaan, seorang konsumen disposable income juga harus diukur. Ini adalah jumlah uang setelah pajak tersisa untuk belanja dan / atau investasi.
Untuk menghitung disposable income, upah pekerja juga harus di ukur. Gaji merupakan fungsi dari dua komponen utama: gaji minimum karyawan yang akan bekerja dan jumlah yang upah yang bersedia dibayarkan oleh majikan untuk tetap mempertahankan para pekerja. Mengingat bahwa permintaan dan penawaran berjalan beriringan, tingkat gaji akan rendah pada saat pengangguran yang tinggi, dan sebaliknya, akan tinggi ketika tingkat pengangguran rendah.
Kebijakan Moneter
Sebuah contoh sederhana dari kebijakan moneter adalah bank sentral operasi pasar terbuka . Ketika ada kebutuhan untuk meningkatkan kas dalam perekonomian, bank sentral akan membeli obligasi pemerintah (ekspansi moneter). Efek ini memungkinkan bank sentral untuk menyuntikkan ekonomi dengan pasokan langsung uang tunai. Pada gilirannya, tingkat suku bunga, biaya untuk meminjam uang, akan berkurang karena permintaan untuk obligasi akan meningkatkan harga mereka dan mendorong suku bunga turun. Secara teori, lebih banyak orang dan bisnis kemudian akan membeli dan berinvestasi. Permintaan barang dan jasa akan meningkat dan, sebagai hasilnya, output akan meningkat. Dalam rangka mengatasi peningkatan tingkat produksi, tingkat pengangguran harus jatuh dan upah harus naik.

Di sisi lain, ketika bank sentral perlu untuk menyerap uang tambahan dalam perekonomian, dan mendorong tingkat inflasi ke bawah, Bank sentral akan menjualnya. Ini akan menghasilkan tingkat bunga yang lebih tinggi (pinjaman kurang, pengeluaran kurang dan investasi) dan permintaan sedikit, yang pada akhirnya akan menekan tingkat harga (inflasi), tetapi juga akan menghasilkan output riil kurang.

Kebijakan Fiskal
Pemerintah juga dapat meningkatkan pajak atau pengeluaran pemerintah yang lebih rendah untuk melakukan fiskal kontraksi. Apa ini akan lakukan adalah lebih rendah output riil karena belanja pemerintah kurang berarti penghasilan kurang pakai untuk konsumen. Dan, karena lebih dari upah konsumen akan pergi ke pajak, permintaan serta output akan menurun.

Ekspansi fiskal oleh pemerintah akan berarti bahwa pajak yang menurun atau belanja pemerintah meningkat. Cara Eter, hasilnya akan pertumbuhan output riil karena pemerintah akan membangkitkan permintaan dengan pengeluaran meningkat. Sementara itu, konsumen dengan pendapatan disposable yang lebih akan bersedia untuk membeli lebih banyak.
Sebuah pemerintahan akan cenderung menggunakan kombinasi pilihan baik moneter dan fiskal saat menetapkan kebijakan yang berhubungan dengan perekonomian.

The Bottom Line
Kinerja ekonomi penting bagi kita semua. Menganalisis makroekonomi terutama dengan melihat output nasional, pengangguran dan inflasi. Meskipun konsumen yang pada akhirnya menentukan arah ekonomi, pemerintah juga mempengaruhinya melalui kebijakan fiskal dan moneter.