Selasa, 15 Mei 2012

Kisah klasik di sudut teras


Bukan tentang seberapa lama yang dijalani. Tapi tentang seberapa jauh dilalui. Ini tentang sebuah kisah klasik lama yang sebenarnya sudah usang. Saat menuju kesini, terlihat jelaga dimana mana. Berdebu, lembab, dan berbau asam. Setidaknya kadang ada beberapa cerita masalalu yang mungkin bisa dijadikan inspirasi dan itu membuat kita tersenyum bahkan termanggu sendiri. Semoga tak disangka memiliki kelainan jiwa.

Rabu, 02 Mei 2012

Pendikan dan Indonesia

Tulisan ini tiba - tiba saja terinspirasi karena hari ini adalah Hari Pendidikan Nasional. Seperti biasa dan setiap tahunnya diperingati pada tanggal 2 Mai. 2 Mei diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional karena pada tanggal itulah lahir seorang pejuang besar, Ki Hadjar Dewantara yang mendarmabaktikan seluruh hidupnya bagi kemajuan bangsa dan Negara melalui bidang pendidikan, fikiran, keluhuran budi pekerti dan semangat kebangsaan. Sebagai penghormatan kepada cita-cita pejuang besar itulah tanggal 2 Mei ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional. Seperti slogan yang pernah Beliau utarakan "Tut Wuri Handayani".
   
Berbicara soal pendidikan di negara tercinta ini. Pada tahun 2012, Pemerintah RI merencanakan pengalokasian dana sebesar 20% dari anggaran APBN untuk pendidikan yang ada di negara ini. Namun apakan seluruh dana ini sepenuhnya akan mengalir ke tempat yang layak, siapa yang tau!
Jika membahas fakta fakta tentang pendidikan di Indonesia, mungkin saya belum mampu untuk mengumpulkan seluruh data secara relevan, karena tulisan ini sendiri hanya berupa pendapat saya, keprihatinan saya sebenarnya, dengan dunia pendidikan yang terjadi disekitar saya, juga disekitar kita.

Bulan April yang lalu, seluruh SMA Negri maupun Swasta seluruh Indonesia serentak melaksanakan Ujian Nasional. Ujian Nasional ini menjadi penting karena nantinya akan menjadi standar kelulusan untuk para siswa. Ujian Nasioanal berlangsung sukses tanpa hambatan. tapi entahlah apa yang ada dibalik Ujian Nasional itu sendiri.
Ujian Nasional sendiri seakan menjadi momok yang menakutkan bagi siswa. Bagaimana mungkin pendidikan SMA yang kita jalani selama 3 tahun hanya di tentukan oleh 3 hari pelaksanaan UN. Akhirnya karena momok yang mengerikan tersebut, konteks positif yang menjadi tujuan dilaksanakannya UN berubah menjadi hal negatif yang melibatkan semua pihak. Tidak jarang ada siswa dari berbagai sekolah yang rela menghalalkan segala cara demi kelulusan UN, meski itu harus mengorbankan nilai - nilai moral dan etika pendidikan.
Untuk di Aceh sendiri, mungkin sudah menjadi rahasia umum jika tidak semua sekolah menjunjung tinggi nilai kejujuran dalam pelaksanaan UN. Ironisnya, ketika ada yang benar - benar menjunjung tinggi nilai kejujuran tersebut malah di cemooh dan di anggap sok suci.
Itu adalah salah satu bukti terpuruknya secara perlahan nilai pendidikan Indonesia. Entah siapa yang salah, namun hal ini memang terjadi dan semua orang menyadarinya.

Pendidikan adalah pondasi awal kemajuan suatu negara. Majunya pendidikan suatu bangsa dapat menjadi acuan kemajuan negara tersebut, bagaimana suatu negara akan maju jika SDMnya tidak didukung oleh pendidikan yang memandai, misalnya Indonesia. Mungkin kita bisa menyalahkan rendahnya standar pendidikan Indonesia sebagai peenghambat proses lepas landasnya Indonesia dari negara berkembang menjadi negara maju.
Tapi, apa yang mampu kita perbuat. Seakan akan kita telah mengkhianati titah perjuangan pendidikan KI Hadjar Dewantara ini sendiri.

Sebagai pemuda yang semoga dapat meneruskan estafet perjuangan bangsa. Semoga kita dapat terus berusaha memperbaiki bangsa. Tidak hanya memperbaiki, tapi juga berusaha untuk terus membangun Indonesia menjadi Bangsa yang berpendidikan tinggi.
Tidak perlu jauh, kita dapat membiasakan hal positif dalam pendidikan mulai dari diri sendiri. bagaimana kita bisa merubah tatanan negara jika merubah diri sendiri saja tidak mampu :)