Rabu, 19 Desember 2012

Min !

Aku tidak pernah punya kekuatan untuk memeluk kehidupanmu
Meski mata dan hati ini sedikitpun tak mampu berpaling darimu
Aku tak mampu merangkul kehidupanmu
Meski setiap jengkal dari dirimu adalah bayangan tersempurna dalam keinginanku

Jenuhmu. kesakitanmu. Bukan tidak aku rasakan
Hanya saja terlalu amatir jika aku berani memaksamu sedemikian rupa tentang kisah yang terpaksa kita jalani

Sesekali lihatlah aku dan kenyataan yang tak mampu aku terima
Caramu berbeda dan aku mulai tidak terbiasa
Tak perlu ajari aku cara mencintaimu
Tapi mungkin tolong ajari aku cara pergi dan kemudian melupakanmu
Bahkan itu lebih sulit dibandingkan apapun yang nalarmu tak pernah bayangkan

Dan begitulah caraku mencintaimu

Selasa, 18 Desember 2012

Seperti Malam

Menikmati udara gelap sembab lembab basah berlapis embun yg tiba terlalu cepat sebelum udara bernafas. Dingin. Kelu. Mati rasa
Cahaya temaram masih setia temani bintang yang menari bersama mimpi tentang galaksi berlapis langit. Masih dingin. Kelu. Tanpa makna 
Suaranya gemericik. Entah menetes entah tertumpah dari segala arah. Setidaknya mampu segarkan malam sambil menunggu cahaya dari langit timur
Tertidur. Nafasnya masih datar. Detak jantungnya terdengar. Tidak membangunkan. Hanya saja ini terlihat seperti malam~ 

Minggu, 21 Oktober 2012

Kopi dan Dunia



Ada cerita menarik berkaitan dengan sejarah kopi. Konon, Raja Gustaff II (1594-1632) dari Swedia pernah menjatuhkan hukuman kepada dua orang bersaudara kembar. Mereka dianggap bersalah dalam suatu tindak pidana yang dituduhkan kepada mereka. Untuk menentukan siapa yang bersalah, sang raja membuat aturan unik dan tak lazim.
Salah seorang hanya diizinkan minum kopi selama hidupnya, sedangkan seorang lagi hanya boleh minum teh. Nah, siapa yang lebih dulu meninggal, dialah yang dianggap bersalah. Ternyata, yang meninggal duluan adalah peminum teh pada usia 83 tahun, meski sudah terlambat, dia ditetapkan sebagai yang bersalah. Sejak saat itulah, orang Swedia dan negara-negara di kawasan Skandinavia menjadi begitu maniak dan fanatik terhadap kopi. Mungkin mereka percaya dengan minum kopi, umur mereka bisa lebih panjang.
Kisah Raja Gustaff II dan aturan minum kopinya hanyalah salah satu kisah unik yang mewarnai perjalanan kopi. Di sejumlah tempat dan negara ada banyak legenda dan kisah mengenai kopi, meski kisah-kisah tersebut bercampur aduk antara mitos dan sejarah. Legenda paling masyhur dalam perjalanan kopi adalah kisah Kaldi dan temuan “biji merah ajaibnya”.
Dalam satu kisah disebutkan, sekitar abad ke-3, hiduplah seorang penggembala kambing di Ethiopia bernama Kaldi. Kaldi dikenal sebagai penggembala yang baik dan sangat bertanggung jawab terhadap hewan yang diurusnya. Suatu hari, kambing-kambing tersebut tidak pulang dan Kaldi pun mencarinya. Ketika ditemukan, Kaldi melihat kelakuan aneh diperlihatkan oleh kambing-kambingnya, berloncatan riang gembira, seperti sedang mabuk.
Tentu saja Kaldi heran dan mencari tahu apa gerangan yang menyebabkan kambing-kambing itu “menari-nari”? Kaldi kemudian tertarik oleh sekumpulan biji-biji berwarna merah mengilap yang ada di semak-semak dan dimakan oleh kambing-kambingnya. Dengan rasa ingin tahu, Kaldi pun mencoba memakan biji-biji tersebut. Sungguh ajaib, beberapa saat kemudian sang penggembala kambing itu menari-nari dengan riang, sama seperti kelakuan kambing-kambingnya.
Saat itu lewatlah seorang pria terpelajar asal kota. Pria bernama Aucuba itu merasa mengantuk, lelah, dan lapar. Aucuba kebetulan menyaksikan “aksi gila” Kaldi dan kambing-kambingnya. Saking laparnya, Aucuba pun mencoba makan biji merah yang dimakan Kaldi. Tak berapa lama, Aucuba merasa tubuhnya jadi segar, tenaganya pulih, rasa mengantuknya hilang, dan siap melanjutkan perjalanannya.
Ia pun membawa beberapa biji merah ke kota dan mencampurnya dengan makanan lain. Ia juga menggunakan biji merah itu sebagai bahan pencampur bagi minuman para biarawan agar bisa tetap terjaga selama berdoa. Ia juga menyebarkan biji-biji merah yang ajaib itu ke kota dan biara lain. Aucuba pun jadi orang kaya. Sedangkan, kisah Kaldi dengan kambing-kambingnya tak ada kelanjutannya.
Terlepas dari berbagai legenda, mitos, dan klaim berbagai pihak, sejarah mencatat penanaman komersial kopi pertama kali dilakukan di Arab pada abad ke-15. Untuk jangka waktu yang lama, perdagangan komoditi yang berkelas tersebut dijaga dengan sangat ketat, para petani Arab berusaha dengan berbagai cara untuk menghentikan negara lain memperoleh biji kopi mereka yang berharga. Sejalan dengan waktu, biji kopi serta potongan tanaman tersebar ke daerah Aden, Mesir, Suriah, serta Turki di mana kopi terkenal sebagai “anggur arab” .
Dari dunia Muslim, kopi menyebar ke Eropa, di mana minuman ini menjadi populer selama abad ke-17. Orang Belanda adalah yang pertama kali mengimpor kopi dalam skala besar ke Eropa dan pada suatu waktu menyelundupkan bijinya pada tahun 1690 karena tanaman atau biji mentahnya tidak diizinkan keluar kawasan Arab. Kemudian, berlanjut pada penanaman kopi di Jawa oleh orang Belanda.
Kopi pun dengan cepat menyebar ke Eropa. Meski masyarakat Italia sudah mengenal kopi sejak abad ke-10, namun pembukaan kedai kopi pertama, Botega Delcafe di Italia, baru terjadi pada tahun 1645. Kedai kopi itu kemudian menjadi pusat pertemuan para cerdik pandai di negeri pizza tersebut. Di Kota London, coffee house pertama dibuka di George Yard di Lombat Sreet dan di Paris, kedai kopi dibuka pada tahun 1671 di Saint Germain Fair.
Pada abad ke-18, misionaris (utusan), para pedagang serta kolonis memperkenalkan kopi pada Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Lingkungan alamnya yang alami terbukti merupakan tempat yang tepat untuk bertanam kopi sehingga kopi dapat tumbuh menyebar dengan cepat.
Sedangkan di Amerika, kopi dijadikan minuman nasional di Amerika Serikat dan menjadi menu utama di meja-meja makan pagi. Ketika kopi mencapai kawasan koloni Amerika, pada awalnya tidak sesukses di Eropa karena dianggap kurang bisa menggantikan alkohol. Akan tetapi, selama Perang Revolusi, permintaan terhadap kopi meningkat cukup tinggi, sampai para penyalur harus membuka persediaan cadangan dan menaikkan harganya secara dramatis, sebagian hal ini didasari oleh menurunnya persediaan teh oleh para pedagang Inggris.
Perjalanan kopi menjadi minuman yang paling digemari penduduk bumi memang tidak mulus. Ada masa-masa di mana kopi menjadi produk yang kehadirannya “diharamkan”. Pada tahun 1511, karena efek rangsangan yang ditimbulkan, dilarang penggunaannya oleh para imam konservatif dan ortodoks di majelis keagamaan di Mekah, Arab Saudi. Akan tetapi, karena popularitas minuman ini, larangan tersebut pada tahun 1524 dihilangkan atas perintah Sultan Selim I dari Kesultanan Utsmaniyah Turki. Di Kairo, Mesir, larangan yang serupa juga disahkan pada tahun 1532, di mana kedai kopi dan gudang kopi ditutup.
Seabad kemudian, tepatnya pada tahun 1656, Wazir Kerajaan Usmaniyah mengeluarkan larangan untuk membuka kedai-kedai kopi. Bukan hanya melarang kopi, melainkan menghukum orang-orang yang minum kopi dengan hukuman cambuk pada pelanggaran pertama. Tetapi, bertahun-tahun kemudian, pelarangan minum kopi di Timur Tengah lambat-laun terkikis sehingga jika seorang suami melarang istrinya minum kopi, si istri tersebut bisa memakai alasan ini untuk meminta cerai.
Di Italia, pendeta-pendeta melarang umatnya minum kopi dan menyatakan, minuman kopi itu dimasukkan sultan-sultan muslim untuk menggantikan anggur. Bukan hanya melarang, melainkan juga menghukum orang-orang yang minum kopi. Alasannya, kopi adalah “komoditas politik” kaum muslim dalam upaya menggeser popularitas anggur yang sejak lama sudah dikenal dan identik dengan kaum Katolik.
Larangan juga diberlakukan di Rusia, meski lebih bersifat “diskriminatif” dan menjaga wibawa aristokrasi kopi. Karena dianggap bergengsi sebagai minuman, Raja Frederick Agung dari Rusia pada tahun 1777 hanya memperbolehkan kalangan atas atau kelas bangsawan saja untuk menunjukkan kearistokratan kopi.
Pada awalnya, kopi di Indonesia berada di bawah pemerintah Belanda. Kopi diperkenalkan di Indonesia lewat Sri Lanka. Awalnya, pemerintah Belanda menanam kopi di daerah sekitar Batavia (Jakarta), Sukabumi, dan Bogor. Kopi juga ditanam di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumatra, dan Sulawesi. Pada permulaan abad ke-20 perkebunan kopi di Indonesia terserang hama yang hampir memusnahkan seluruh tanaman kopi. Pada saat itu, kopi juga ditanam di Timor dan Flores. Kedua pulau ini pada saat itu berada di bawah pemerintahan bangsa Portugis. Jenis kopi yang ditanam di sana juga adalah kopi arabika. Kopi ini tidak terserang hama.
Menurut situs wikipedia, pemerintah Belanda kemudian menanam kopi liberika untuk menanggulangi hama tersebut. Varietas ini tidak begitu lama populer dan juga terserang hama. Kopi liberika masih dapat ditemui di pulau Jawa, walau jarang ditanam sebagai bahan produksi komersial. Biji kopi liberika sedikit lebih besar dari biji kopi arabika dan kopi robusta.
Bencana alam, Perang Dunia II dan perjuangan kemerdekaan, semuanya mempunyai peranan penting bagi kopi di Indonesia. Pada awal abad ke-20 perkebunan kopi berada di bawah kontrol pemerintahan Belanda. Infrastruktur dikembangkan untuk mempermudah perdagangan kopi. Sebelum Perang Dunia II di Jawa Tengah terdapat jalur rel kereta api yang digunakan untuk mengangkut kopi, gula, merica, teh, dan tembakau ke Semarang untuk kemudian diangkut dengan kapal laut. Kopi yang ditanam di Jawa Tengah umumnya adalah kopi arabika. Sedangkan, di Jawa Timur (Kayu Mas, Blewan, dan Jampit) umumnya adalah kopi robusta. Di daerah pegunungan dari Jember hingga Banyuwangi terdapat banyak perkebunan kopi arabika dan robusta. Kopi robusta tumbuh di daerah rendah, sedangkan kopi arabika tumbuh di daerah tinggi.
Saat ini, kopi merupakan minuman ke-2 yang dikonsumsi di seluruh dunia, setelah air. Finlandia merupakan negara yang konsumsi per kapitanya paling tinggi, dengan rata-rata konsumsi per orang sekitar 1400 cangkir setiap tahunnya!
Kopi merupakan komoditas nomor dua yang paling banyak diperdagangkan setelah minyak bumi. Total 6,7 juta ton kopi diproduksi dalam kurun waktu 1998-2000 saja. FAO memperkirakan, pada tahun 2010, produksi kopi dunia akan mencapai 7 juta ton per tahun. (Sumber: netsains.com)

Sabtu, 06 Oktober 2012

Analisis Perekonomian dari Ekonomi Makro



Ketika harga produk yang  ingin kita beli naik, hal itu mempengaruhi prilaku konsumsi kita terhadap barang tersebut. Tapi mengapa harganya naik? Apakah permintaan lebih besar dari pasokan? Apakah biaya naik karena bahan baku menjadi langka dan harganya meningkat? Atau, apakah telah terjadi perang di suatu negara yang tidak kita ketahui sehingga mempengaruhi harga? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, kita perlu beralih ke ekonomi makro.

Apa Artinya?
Makroekonomi adalah studi tentang perilaku ekonomi secara keseluruhan. Ini berbeda dengan ekonomi mikro , yang lebih berkonsentrasi pada individu dan bagaimana mereka membuat keputusan ekonomi., makroekonomi sangat rumit dan ada banyak faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor ini dianalisis dengan berbagai indikator ekonomi yang akan memberikan informasi pada kita tentang kesehatan ekonomi secara keseluruhan.

Makroekonomi mencoba untuk meramalkan kondisi ekonomi untuk membantu konsumen, perusahaan dan pemerintah membuat keputusan yang lebih baik.
  • Konsumen ingin tahu betapa mudahnya akan untuk mencari pekerjaan, berapa banyak biaya untuk membeli barang dan jasa di pasar, atau berapa banyak mungkin biaya untuk meminjam uang.
  • Berbisnis dan berdagang  menggunakan analisis makroekonomi dapat membantu kita untuk menentukan apakah memperluas produksi barang atau jasa akan disambut baik oleh pasar. Akankah konsumen punya cukup uang untuk membeli produk yang kita perdagangkan , atau produk yang telah kita produksi  akan tertumpuk saja di gudang dan tidak ada yang membeli.
  • Pemerintah menggunakan analisa ekonomi makro saat menyusun  anggaran, menciptakan pajak, memutuskan suku bunga dan membuat keputusan kebijakan.
Analisis Makroekonomi secara luas berfokus pada tiga hal: output nasional (diukur dengan produk domestik bruto (PDB)), pengangguran dan inflasi .
Nasional Output: PDB
Output, konsep yang paling penting dari ekonomi makro, mengacu pada jumlah total barang dan jasa yang di hasilkan suatu negara umumnya dikenal sebagai produk domestik bruto. Ketika mengacu pada GDP, makroekonomi cenderung menggunakan PDB riil , yang diambil dari hasil perhitungan inflasi, sebagai lawan dari PDB nominal , yang mencerminkan perubahan harga. Angka PDB nominal akan lebih tinggi jika inflasi naik dari tahun ke tahun, sehingga tidak selalu menunjukkan tingkat output yang lebih tinggi, hanya harganya saja yang lebih tinggi.

Salah satu kekurangan dari PDB adalah karena informasi tersebut harus dikumpulkan setelah jangka waktu yang ditentukan selesai, nilai untuk GDP hari ini akan menjadi perkiraan. PDB digunakan sebagai batu loncatan ke dalam analisis ekonomi makro. Setelah serangkaian angka yang dikumpulkan selama periode waktu tertentu,dan kemudian angka angka tersebut dapat dibandingkan,kemudian ekonom dan investor dapat mulai menguraikan siklus bisnis , yang terdiri dari periode bergantian antara resesi ekonomi (merosot), dan ekspansi (booming) yang telah terjadi dari waktu ke waktu.
Dari sana kita bisa mulai melihat alasan mengapa siklus yang berlangsun bisa menjadi patokan kebijakan pemerintah, perilaku konsumen atau fenomena internasional. Tentu saja, angka-angka ini dapat dibandingkan di seluruh Negara yang berbeda pula. Oleh karena itu, kita dapat menentukan negara-negara asing berdasarkan tingkat perekonomian yang lemah maupun yang kuat. Berdasarkan apa yang di pelajari dari masa lalu, analis kemudian dapat mulai digunakan untuk meramalkan keadaan masa depan perekonomian.
Pengangguran
Tingkat pengangguran memberitahu makroekonomi berapa banyak orang yang tersedia sebagai tenaga kerja (angkatan kerja) tidak dapat menemukan pekerjaan. Dalam makroekonomi ditetapkan bahwa ketika perekonomian telah mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu, yang ditunjukkan dalam tingkat pertumbuhan GDP, tingkat pengangguran cenderung rendah. Hal ini karena dengan  meningkatnya PDB secara nyata, kita tahu output yang lebih tinggi, dan, karenanya, buruh lebih banyak diperlukan untuk bersaing dengan tingkat yang lebih besar dari produksi.

Inflasi
Faktor utama ketiga adalah tingkat inflasi, atau tingkat di mana harga harga naik. Inflasi terutama diukur dalam dua cara: melalui Indeks Harga Konsumen (IHK) dan deflator PDB . CPI menggambarkan harga saat yang dipilih barang dan jasa yang diperbarui secara berkala. Deflator GDP adalah rasio GDP nominal terhadap GDP riil. Jika GDP nominal lebih tinggi dari PDB riil, kita dapat mengasumsikan bahwa harga barang dan jasa telah meningkat. Kedua CPI dan GDP deflator cenderung bergerak ke arah yang sama dan berbeda dengan kurang dari 1%.

Permintaan dan Pendapatan Disposable
Yang menentukan output demand antara berasal dari konsumen (untuk investasi atau tabungan - perumahan dan bisnis terkait), dari pemerintah (pengeluaran atas barang dan jasa dari karyawan federal) dan dari impor dan ekspor. Permintaan itu sendiri, bagaimanapun, tidak akan menentukan berapa banyak barang atau jasa yang akan diproduksi. Permintaan konsumen tidak selalu apa yang mereka mampu beli, sehingga untuk menentukan permintaan, seorang konsumen disposable income juga harus diukur. Ini adalah jumlah uang setelah pajak tersisa untuk belanja dan / atau investasi.
Untuk menghitung disposable income, upah pekerja juga harus di ukur. Gaji merupakan fungsi dari dua komponen utama: gaji minimum karyawan yang akan bekerja dan jumlah yang upah yang bersedia dibayarkan oleh majikan untuk tetap mempertahankan para pekerja. Mengingat bahwa permintaan dan penawaran berjalan beriringan, tingkat gaji akan rendah pada saat pengangguran yang tinggi, dan sebaliknya, akan tinggi ketika tingkat pengangguran rendah.
Kebijakan Moneter
Sebuah contoh sederhana dari kebijakan moneter adalah bank sentral operasi pasar terbuka . Ketika ada kebutuhan untuk meningkatkan kas dalam perekonomian, bank sentral akan membeli obligasi pemerintah (ekspansi moneter). Efek ini memungkinkan bank sentral untuk menyuntikkan ekonomi dengan pasokan langsung uang tunai. Pada gilirannya, tingkat suku bunga, biaya untuk meminjam uang, akan berkurang karena permintaan untuk obligasi akan meningkatkan harga mereka dan mendorong suku bunga turun. Secara teori, lebih banyak orang dan bisnis kemudian akan membeli dan berinvestasi. Permintaan barang dan jasa akan meningkat dan, sebagai hasilnya, output akan meningkat. Dalam rangka mengatasi peningkatan tingkat produksi, tingkat pengangguran harus jatuh dan upah harus naik.

Di sisi lain, ketika bank sentral perlu untuk menyerap uang tambahan dalam perekonomian, dan mendorong tingkat inflasi ke bawah, Bank sentral akan menjualnya. Ini akan menghasilkan tingkat bunga yang lebih tinggi (pinjaman kurang, pengeluaran kurang dan investasi) dan permintaan sedikit, yang pada akhirnya akan menekan tingkat harga (inflasi), tetapi juga akan menghasilkan output riil kurang.

Kebijakan Fiskal
Pemerintah juga dapat meningkatkan pajak atau pengeluaran pemerintah yang lebih rendah untuk melakukan fiskal kontraksi. Apa ini akan lakukan adalah lebih rendah output riil karena belanja pemerintah kurang berarti penghasilan kurang pakai untuk konsumen. Dan, karena lebih dari upah konsumen akan pergi ke pajak, permintaan serta output akan menurun.

Ekspansi fiskal oleh pemerintah akan berarti bahwa pajak yang menurun atau belanja pemerintah meningkat. Cara Eter, hasilnya akan pertumbuhan output riil karena pemerintah akan membangkitkan permintaan dengan pengeluaran meningkat. Sementara itu, konsumen dengan pendapatan disposable yang lebih akan bersedia untuk membeli lebih banyak.
Sebuah pemerintahan akan cenderung menggunakan kombinasi pilihan baik moneter dan fiskal saat menetapkan kebijakan yang berhubungan dengan perekonomian.

The Bottom Line
Kinerja ekonomi penting bagi kita semua. Menganalisis makroekonomi terutama dengan melihat output nasional, pengangguran dan inflasi. Meskipun konsumen yang pada akhirnya menentukan arah ekonomi, pemerintah juga mempengaruhinya melalui kebijakan fiskal dan moneter.


Minggu, 05 Agustus 2012

Tanpa Rasa

Aku bukan sebongkah objek mati yang memperhatikan mu tanpa peduli
Karna segumpal darah ini seperti menarik satu sama lain saat bertemu diantara tegur sapa meski tak seberapa

Meski kata itu bukan tercipta untukku
Tapi seperti ada krasak krusuk yang memaksa agar aku percaya jika nantinya sudah menjadi kalimat itu akan tertuju padaku

Aku mengingatmu dalam perih mengenangmu dalam duka
bukan berarti tak terpikir saat bahagia, tapi karena dirimulah satu satunya alasan setiap tawa dan canda ini tetap bertahan seperti biasanya

Aku, bukan benda mati yang memperhatikanmu tanpa rasa
Berharap bagian dari tulang belulang ini tercipta dari rusukmu yang dengan tangan Tuhan di sedekahkan untuk kehidupanku

Ini berlebihan. dan ku anggap tak ada paragraf yang akan kau mengerti tentang semua cerita yang pernah aku sampaikan
Tidak apa.
Karna aku.. tak sekedar punya nyawa untuk memperhatikanmu tanpa rasa

Kamis, 14 Juni 2012

Ekonomi Aceh Mau Kemana?

Oleh Nazamuddin
PEMIMPIN Aceh boleh silih berganti, tapi ekonomi Aceh sudah sampai di mana? Kemanakah ekonomi Aceh akan menuju. Apa rancangan strategis yang sudah dipikirkan, sehingga pembangunan ekonomi Aceh tidak terperangkap dalam pandangan myopik, perencanaan sepotong-sepotong dan pada akhirnya tidak sampai ke mana-mana.

Rekonstruksi ekonomi Aceh pascabencana tsunami 2004 telah berhasil meletakkan landasan penting untuk kelangsungan pembangunan ekonomi jangka panjang. Ini dimungkinkan dengan mengalirnya dana dalam jumlah yang substansial ke dalam perekonomian Aceh, baik dalam bentuk bantuan kemanusiaan maupun bantuan yang sifatnya lebih strategis seperti program-program pemberdayaan ekonomi melalui fasilitas pembiayaan pembangunan ekonomi (EDFF) oleh Multi Donor Fund (MDF) dan lembaga-lembaga donor lain. Pemerintah Aceh sendiri melalui dana otonomi khusus telah membangunan infrastruktur yang semakin baik.

Perbaikan infrastruktur pascarekonstruksi terjadi di banyak tempat, bangunan-bangunan perkantoran modern dan bisnis tampak di banyak sudut kota. Konsumsi masyarakat meningkat. Seperti yang dilaporkan laporan analisa Bappeda dan Bank Dunia, tampak ada kecenderungan meningkat dalam persentase pengeluaran konsumsi dalam PDRB Aceh. Bahkan pada 2010 pengeluaran konsumsi mencapai 60%, sehingga pengeluaran konsumsi menjadi motor penggerak ekonomi melalui naiknya permintaan agregat. Sekaligus ini indikasi meningkatnya taraf kehidupan masyarakat secara rata-rata.

Pascarekonstruksi, tidak saja pencaharian penduduk Aceh bangkit kembali, melainkan juga kemarakan kehidupan ekonomi tampak di mana-mana, terlebih di wilayah perkotaan. Suasana damai memberi kontribusi besar dalam hal ini. Kini pertanyaan berikutnya muncul, apakah momentum ini dapat dipertahankan dan apakah pertumbuhan dapat dipacu lebih besar lagi? Triliunan rupiah telah dicurahkan ke dalam perekonomian Aceh baik oleh pemerintah Indonesia sendiri maupun oleh negara-negara donor sejak 2005 hingga sekarang. Dampak penting dari capital inflow tersebut adalah meningkatnya pertumbuhan ekonomi, menurunnya angka kemiskinan dan pengangguran.

Pertumbuhan ekonomi
Pertumbuhan ekonomi Aceh mencapai puncaknya pada 2006-2007, kemudian turun pada 2008 tapi menanjak kembali setelah itu. Beberapa tahun terakhir pertumbuhan ekonomi telah melampau 5% per tahun. Sekarang pertanyaannya adalah bagaimana mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi lagi. Pendapatan per kapita juga masih relatif rendah. Pendapatan per kapita yang diukur dengan PDRB nonmigas per penduduk masih berada pada kisaran Rp 6,4 juta pada 2010. Kendati angka ini meningkat dari tahun ke tahun, tapi pertumbuhannya lamban. Ini berkaitan langsung dengan produktivitas masyarakat.

Karena itu pengurangan angka kemiskinan belum dapat diraih secara signifikan. Masih diperlukan upaya besar dan tepat sasaran dalam pertumbuhan ekonomi sehingga produktivitas riil masyarakat benar-benar meningkat dan taraf hidup membaik. Memang Aceh selama beberapa tahun terakhir terus mengalami pertumbuhan ekonomi yang positif. Namun sektor-sektor ini adalah sektor derivatif. Sektor riil sendiri, khususnya pertanian, hanya tumbuh 5 persen, suatu angka pertumbuhan yang belum cukup untuk mengurangi kemiskinan dan pengangguran secara lebih drastis.

Persentase penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di Aceh hingga akhir 2011 masih sekitar 19 persen. Kendati angka kemiskinan terus menurun dari tahun ke tahun, angka ini masih lebih tinggi dibandingkan angka kemiskinan rata-rata Indonesia sekitar 17 persen. Namun, Indeks Kedalaman Kemiskinan memperlihatkan bahwa ketimpangan pengeluaran antarpenduduk miskin sendiri semakin menyempit. Angka kemiskinan telah turun dari 28,28% pada tahun 2006 menjadi hanya 19,5% pada akhir 2011.

Namun demikian, persentase penduduk miskin Aceh masih relatif tinggi dibandingkan dengan Sumatera Utara 11,31 % atau Indonesia 13,33%. Angka pengangguran telah turun menjadi hanya sekitar 7% pada 2011. Tapi penting diingat bahwa tingkat pengangguran tertinggi di Aceh terdiri dari penduduk yang menyelesaikan pendidikan menengah atas (SLTA). Hal ini dapat terjadi karena kebanyakan dari mereka adalah lulusan sekolah menengah yang tidak memiliki keterampilan untuk memasuki dunia kerja.

Secara umum, perekonomian Aceh masih didominasi sektor primer, termasuk yang akhir-akhir berkembang pesat, yaitu pertambangan. Sayangnya sektor pertambangan sangat kontroversial karena selain tidak menciptakan banyak tenaga kerja dan kurang keterkaitan input-output dengan kegiatan ekonomi rakyat, kegiatan pertambangan juga sering merusak lingkungan. Maka, sektor pertanian dalam arti luas yang termasuk perkebunan dan perikanan merupakan potensi yang dapat dikembangkan hingga skala ekonomi yang besar.

Beberapa komoditas penting di sektor pertanian dan perkebunan belum berkembang baik, di antaranya yang sangat potensial adalah beras, kedelai, kopi dan kakao. Produksi setiap tahun lebih besar daripada konsumsi dan mempunyai potensi ekspor yang prospektif. Hanya saja produksi komoditas ini masih dalam skala kecil dan belum kontinyu. Pengelolaannya juga masih tradisional dan agroindustri sebagai kegiatan di hilir belum berkembang baik. Bebeapa initiatif telah dilakukan oleh beberapa lembaga donor bidang ekonomi, termasuk MDF pemberdayaan ekonomi di sektor pertanian dalam upaya meningkatkan nilai tambah pertanian, termasuk untuk komoditaas kakao dan kopi.

Beberapa upaya termasuk merapikan mata rantai (supply chain) dari hulu ke hilir telah dilakukan. Namun, masih diperlukan upaya berkelanjutan untuk mengangkat beberapa komoditas unggulan tersebut sehingga menjadi sektor penghela (leading sector) bagi perekonomian rakyat Aceh di luar Migas. Di sektor perikanan, pengembangan industri pengolahan perikanan sangat menjanjikan. Dengan posisi geografis Aceh di Selat Melaka yang menguntungkan, Aceh dapat menjadi pusat pengolahan perikanan untuk ekspor ke kawasan Asia Tenggara dan Asia Timur.

Begitu banyak potensi alam Aceh di luar minyak dan gas bumi. Tapi karena Aceh selama ini termanjakan oleh sumber pendapatan pemerintah dari minyak dan gas bumi, maka belanja pemerintah menjadi pendorong penting bagi pertumbuhan ekonomi. Maka, potensi besar tersebut tidak direncanakan dengan rencana strategis yang konsisten. Di luar komoditas tanaman pangan, perkebunan dan perikanan, sumber pertumbuhan ekonomi dari sektor pariwisata juga belum dikembangkan secara optimal. Demikian pula sumber-sumber energi non-migas seperti pembangkit listrik tenaga geothermal belum sepenuhnya dieksploitasi.

 Bertumpu pada kaki sendiri
Setelah untuk sekian lama Aceh bertumpu pada dana rekonstruksi dan bantuan donor asing, sekarang saatnya pemerintah bertumpu pada kaki sendiri. Kendati dalam batas tertentu bantuan dari luar masih tetap diperlukan, namun kejayaan ekonomi Aceh sangat ditentukan oleh strategi pembangunan ekonomi oleh pemerintah Aceh sendiri. Strategi utama adalah menjadikan pertanian dan perikanan menjadi sektor penghela pertumbuhan ekonomi yang didukung dengan agroindustri. Modernisasi pertanian dengan skala besar dan komersial perlu dilakukan sehingga ekonomi Aceh beralih dari sekedar commodity-based economy menjadi pertanian yang terintegrasi dengan industri. Dengan demikian perekonomian Aceh menjadi lebih berimbang antarsektor.

Sumber daya alam mesti dikombinasikan dengan sumber daya manusia yang handal. Oleh karena itu, ekonomi Aceh dalam jangka panjang juga harus ditopang oleh kualitas manusia Aceh yang berilmu pengetahuan dan trampil secara ekonomi. Perubahan orientasi pendidikan dilakukan secara bertahap dan link and match pembangunan pendidikan dengan pembangunan ekonomi. Daya saing ekonomi akan bergantung pada daya saing sumber daya manusia. Oleh karena itu, investasi dalam bidang pendidikan dan kesehatan (human capital) juga harus lebih fokus.

Ketergantungan pertumbuhan ekonomi pada belanja pemerintah dikurangi dan investasi swasta ditumbuhkan lebih cepat. Upaya-upaya mendorong pertumbuhan investasi sektor swasta mencakup perbaikan di bidang regulasi dan efisiensi pelayanan birokrasi, keamanan, dan keterbukaan masyarakat. Melakukan perubahan memang seringkali, tapi kemajuan itu sendiri adalah perubahan. Kita tunggu saja apa perubahan yang akan dilakukan dan langkah strategis apa yang akan ditempuh. Mudah-mudahan tidak terjebak lagi dalam yang biasa-biasa saja.

* Nazamuddin, Dosen dan Pengamat Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh.

Sumber : http://aceh.tribunnews.com/2012/06/13/ekonomi-aceh-mau-kemana

Sabtu, 02 Juni 2012

Perkembangan Perekonomian Aceh



Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh mencatat perekonomian Aceh tumbuh di atas 5% selama 2011, karena adanya pertumbuhan positif pada semua sektor ekonomi. Pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi pada sektor minyak dan gas alam (migas) yaitu mencapai 5,89 persen, sedangkan dari sector non migas ekonomi Aceh hanya tumbuh 5,02 persen. Jika ditinjau lebih jauh, seharusnya fakta ini menjadi kabar baik bagi semua lapisan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi ini menandakan bahwa setidaknya Aceh sudah mampu bangkit dari keterpurukan konflik dan bencana alam tsunami, biar bagaimanapun faktor ekonomi merupakan salah satu alasan penting berkembang dan majunya suatu daerah. Namun sayangnya, pertumbuhan ekonomi ini bukan menjadi standar makmur suatu daerah atau negara. Negara atau daerah yang makmur, sudah tentu perekonomiannya mengalami pertumbuhan, tapi tidak sebaliknya.
Hal tersebut tidak terjadi pada tahun ini. Angka pertumbuhan ekonomi di Provinsi Aceh pada triwulan I (Januari-Maret) tahun 2012 dilaporkan mengalami penurunan cukup tajam dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Aceh dengan minyak dan gas (migas) pada triwulan I-2012 hanya mencapai 0,83 persen dan tanpa memperhitungkan migas tumbuh sebesar 1,02 persen. Begitu juga dengan pertumbuhan tahunan, yaitu dengan migas 5,11 persen dan tanpa migas 5,95 persen. Sedangkan pertumbuhan ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan IV-2011 mencapai 1,64 persen dan tanpa migas 1,49 persen. Begitu juga dengan pertumbuhan tahunan dengan migas 4,40 persen dan tanpa migas 5,19 persen.
Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan I-2012 disumbang oleh pertumbuhan positif pada lima sektor, dimana tiga sektor dengan pertumbuhan tertinggi adalah keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 6,10 persen, diikuti sektor pengangkutan dan komunikasi 3,39 persen dan sektor pertanian 2,57 persen. Dari lima sektor, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan tumbuh cukup tinggi, karena ditopang oleh gairah sub sektor perbankan yang meningkat hingga 9,74 persen. Sedangkan pertumbuhan sektor pertanian akibat pengaruh musim panen yang terjadi hampir di seluruh wilayah Aceh pada triwulan I-2012, sehingga juga mempengaruhi sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sektor yang tumbuh negatif adalah pertambangan dan penggalian sebesar minus 1,49 persen dan sektor industri pengolahan minus 0,30 persen. Sektor ini turun akibat menurunnya produksi migas dan rendahnya permintaan material galian karena belum optimalnya sektor pembangunan. Sementara nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Aceh dengan migas meningkat menjadi Rp22,87 triliun pada triwulan I-2012 dan tanpa migas meningkat menjadi Rp19,19 triliun. Struktur perekonomian Aceh pada triwulan I-2012 masih menunjukkan besarnya kontribusi migas (subsektor pertambangan migas dan industri pengolahan migas) yang mencapai 16,09 persen. Struktur PDRB Aceh baik dengan migas maupun tanpa migas menunjukkan bahwa dua sektor yang merupakan leading sektor bagi perekonomian Aceh hingga pada triwulan I-2012 masih berada pada sektor pertanian dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sektor lain yang juga menopang laju perekonomian Aceh adalah bangunan, listrik dan air bersih, industri pengolahan, perdagangan, hotel dan restoran serta jasa-jasa.
Fakta tersebut sebenarnya menjadi kabar baik bagi perekonomian Aceh, meski sempat bergerak positif dan kemudian turun lagi menjadi pergerakan yang negative, namun hal ini setidaknya menjadi bukti bahwa saat ini Aceh mampu mengembangkan geliat perekonomian, mengingat dulunya Aceh pernah mengalami keterpurukan saat konflik dan bencana tsunami.
Namun, fakta ini menjadi tidak relevan dalam kenyataan di lapangan, mengingat penduduk miskin yang ada di Aceh bukan semakin berkurang seiring pertumbuhan ekonomi yang semakin positif, namun sebaliknya penduduk miskin malah bertambah presentasenya.
Kurangnya pembukaan lapangan kerja oleh pemerintah dianggap menjadi salah satu factor penyebab tingginya tingkat pengangguran di Aceh yang kemudian berdampak pada tingginya angka tingkat kemiskinan. Penduduk Aceh yang hampir 80% bergantung pada sector pertanian, juga belum mampu memenuhi standar hidup dan nafkah keluarga. Hal ini juga menjadi salah satu permasalahan, karena dianggap pemerintah tidak terlalu memberdayakan petani, baik melalui sosialisasi atau berupa bantuan, mengingat sumber daya manusia juga masih sangat rentan di beberapa wilayah di Aceh.
permasalahan pembangunan ekonomi Aceh saat ini adalah ketidakfokusan pemerintah dalam membangun perekonomian. Pemerintah Aceh harus memiliki fokus dengan mengedepankan skala prioritas dalam pembangunan ekonomi Aceh. Atau dengan kata lain pemerintah Aceh harus mempunyai (memimjam istilah yang digunakan oleh Dr Nazamuddin dalam diskusi sebuah diskusi) ‘leading sector’ dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi di Aceh. Secara teoritis, keberadaan ‘leading sector’ dalam suatu perekonomian memang diperlukan. Keberadaan ’leading sector’ dibutuhkan untuk menjadi penggerak utama dalam pertumbuhan suatu wilayah. Keberadaan ‘leading sector’ ini nantinya juga akan menimbulkan efek ganda (multiplier effect) dalam perekonomian daerah sehingga sektor lain juga ikut bangkit dan mendapatkan manfaat. Selain itu, dengan fokusnya pengembangan perekonomian pada satu sektor atau pada satu sub sektor saja yaitu pada ‘leading sector’ juga akan memudahkan pemerintah setempat dalam menjalankan, mengontrol, mengawasi dan mengevalausi kebijakan pemerintah terhadap pengembangan sektor tersebut.
Semoga, pemerintah mampu mensinergikan perekonomian Aceh menjadi lebih baik kedepannya. Apalagi dalam waktu dekat Aceh akan berada dibawah naungan pemerintahan baru. Semua pihak berharap, adanya inovasi pembangunan perekonomian yang nantinya mampu membawa perekonomian aceh kearah yang lebih baik, tidak hanya bagi kalangan tertentu, tetapi juga bagi seluruh lapisan masyarakat.

Selasa, 15 Mei 2012

Kisah klasik di sudut teras


Bukan tentang seberapa lama yang dijalani. Tapi tentang seberapa jauh dilalui. Ini tentang sebuah kisah klasik lama yang sebenarnya sudah usang. Saat menuju kesini, terlihat jelaga dimana mana. Berdebu, lembab, dan berbau asam. Setidaknya kadang ada beberapa cerita masalalu yang mungkin bisa dijadikan inspirasi dan itu membuat kita tersenyum bahkan termanggu sendiri. Semoga tak disangka memiliki kelainan jiwa.

Rabu, 02 Mei 2012

Pendikan dan Indonesia

Tulisan ini tiba - tiba saja terinspirasi karena hari ini adalah Hari Pendidikan Nasional. Seperti biasa dan setiap tahunnya diperingati pada tanggal 2 Mai. 2 Mei diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional karena pada tanggal itulah lahir seorang pejuang besar, Ki Hadjar Dewantara yang mendarmabaktikan seluruh hidupnya bagi kemajuan bangsa dan Negara melalui bidang pendidikan, fikiran, keluhuran budi pekerti dan semangat kebangsaan. Sebagai penghormatan kepada cita-cita pejuang besar itulah tanggal 2 Mei ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional. Seperti slogan yang pernah Beliau utarakan "Tut Wuri Handayani".
   
Berbicara soal pendidikan di negara tercinta ini. Pada tahun 2012, Pemerintah RI merencanakan pengalokasian dana sebesar 20% dari anggaran APBN untuk pendidikan yang ada di negara ini. Namun apakan seluruh dana ini sepenuhnya akan mengalir ke tempat yang layak, siapa yang tau!
Jika membahas fakta fakta tentang pendidikan di Indonesia, mungkin saya belum mampu untuk mengumpulkan seluruh data secara relevan, karena tulisan ini sendiri hanya berupa pendapat saya, keprihatinan saya sebenarnya, dengan dunia pendidikan yang terjadi disekitar saya, juga disekitar kita.

Bulan April yang lalu, seluruh SMA Negri maupun Swasta seluruh Indonesia serentak melaksanakan Ujian Nasional. Ujian Nasional ini menjadi penting karena nantinya akan menjadi standar kelulusan untuk para siswa. Ujian Nasioanal berlangsung sukses tanpa hambatan. tapi entahlah apa yang ada dibalik Ujian Nasional itu sendiri.
Ujian Nasional sendiri seakan menjadi momok yang menakutkan bagi siswa. Bagaimana mungkin pendidikan SMA yang kita jalani selama 3 tahun hanya di tentukan oleh 3 hari pelaksanaan UN. Akhirnya karena momok yang mengerikan tersebut, konteks positif yang menjadi tujuan dilaksanakannya UN berubah menjadi hal negatif yang melibatkan semua pihak. Tidak jarang ada siswa dari berbagai sekolah yang rela menghalalkan segala cara demi kelulusan UN, meski itu harus mengorbankan nilai - nilai moral dan etika pendidikan.
Untuk di Aceh sendiri, mungkin sudah menjadi rahasia umum jika tidak semua sekolah menjunjung tinggi nilai kejujuran dalam pelaksanaan UN. Ironisnya, ketika ada yang benar - benar menjunjung tinggi nilai kejujuran tersebut malah di cemooh dan di anggap sok suci.
Itu adalah salah satu bukti terpuruknya secara perlahan nilai pendidikan Indonesia. Entah siapa yang salah, namun hal ini memang terjadi dan semua orang menyadarinya.

Pendidikan adalah pondasi awal kemajuan suatu negara. Majunya pendidikan suatu bangsa dapat menjadi acuan kemajuan negara tersebut, bagaimana suatu negara akan maju jika SDMnya tidak didukung oleh pendidikan yang memandai, misalnya Indonesia. Mungkin kita bisa menyalahkan rendahnya standar pendidikan Indonesia sebagai peenghambat proses lepas landasnya Indonesia dari negara berkembang menjadi negara maju.
Tapi, apa yang mampu kita perbuat. Seakan akan kita telah mengkhianati titah perjuangan pendidikan KI Hadjar Dewantara ini sendiri.

Sebagai pemuda yang semoga dapat meneruskan estafet perjuangan bangsa. Semoga kita dapat terus berusaha memperbaiki bangsa. Tidak hanya memperbaiki, tapi juga berusaha untuk terus membangun Indonesia menjadi Bangsa yang berpendidikan tinggi.
Tidak perlu jauh, kita dapat membiasakan hal positif dalam pendidikan mulai dari diri sendiri. bagaimana kita bisa merubah tatanan negara jika merubah diri sendiri saja tidak mampu :)

Rabu, 18 April 2012

Tentangmu yang tak akan ada habisnya

Ceritakan padaku apapun yang kau mau
Namun sayangnya lidahku kelu dan tak mampu ungkapkan rasa yang seharusnya kau tau
Aku hanya ingin bercerita tentang awan yang berarak menari bersama angin
Seperti aku yang selalu ingin mesenandung bersama hujan agar mereka tidak tau basah wajah ini sebenarnya karna tangisku merindukanmu yang dulu

Katakan padaku apapun yang mengganjalmu
Jang biarkan segalanya berlalu tanpa definisi
Lagukanlah setiap lirik kisah ini bersama pelangi, mungkin saja salah satu warnanya adalah warna kesukaanmu
Namun sayangnya aku terjebak pada utopia yang sama, buram, hanya hitam putih didalamnya
Dan kadang aku latah berharap agar kau bersedia warnai dengan aliran nafasmu

Sudah
Aku sudah mengerti kenapa ini menjadi serba sulit
Karna dari awal itu hanya ilusi fotamorgana ke hausan cintamu
Tak apa jika aku korbannya
Karna selain itu aku mau jadi apa lagi?

tetap seperti kau yang ku kenal dahulu
yang selalu bernyanyi bersama langit
yang selalu tertawa diantara riak laut
Aku mencintaimu...

Sabtu, 10 Maret 2012

akan sulit jika aku mulai tidak melihat cinta dimatamu..

Aku cenderung tidak punya alasan untuk pertahankan rasa. aku mulai terbiasa dengan perasaan mati yang kadang dingin beku dan tak berikan satu alasanpun untuk pergi

Mata itu kosong. bahkan pupilnya tidak peka cahaya
Aku hanya protes kepada keadaan mengapa sehari saja aku tidak diberikan kesempatan untuk tertawa
Aku menulisnya dengan air mata
Merangkainya dengan butiran butiran yang tersisa dan membasuhnya dengan asa yang masih ada
Tidak. Tidak lagi melihat cinta dimatamu

Sembunyikan saja jika itu semoga akan buatku lebih baik. tetapi tidak lebih bermakna
Kadang aku ingin memiliki sayap itu. mungkin bisa buatku terbang dan tembus kabut kelam yang sejak tadi tutupi wajahmu
Tetap saja. ingatkan kau bahwa sayap itu berada dipundakmu
Sekali lagi. aku tak pernah punya pilihan

Aku tidak menyalahkan mu
Aku tau jika penyesalan itu tidak pernah datang tepat waktu
Tapi akan sulit. jika aku tak melihat cinta dimatamu
Haruskah aku berbicara pada dinding?
Bercerita pada malam tentang kisahku yang sejak lama telah ku rangkai bersama ketidakkuasaan hati melakukannya

Aku hanya tidak melihat cinta (lagi) dimatamu
Jangan meminta maaf. berpalinglah meski tak akan kau sapa lagi.
jejalkan saja amarah itu. simpan didalam hatiku. jangan bawa terlalu jauh. Raga ini tak mampu berjalan dengan beban yang terpaksa dipikul sendiri

Berikan satu alasan saja....

Jika Waktu Kita Telah Berakhir

Suatu hari saat aku lupa. Ingatkan aku tentang janji yang pernah kita rangkai bersama di bawah langit itu yang mungkin akan segarkan kembali ingatanku saat aku mulai tak punya kata kata apapun untuk membela kehidupanku

Suatu hari ketika aku lupa. Ingatkan aku tentang seribu satu puisi cinta yang pernah aku tuliskan dan maknai bersamamu, tentang kisah kita, tentang sejauh apa langkah kita

Suatu hari ketika aku lupa. Berikan aku satu saja alasan kenapa aku harus tetap tinggal.. Bukan karena itu aku akan bertahan, hanya memanstikan jika aku memang pernah menjadi penghuni dirumah yang tadinya kita bangun bersama

Tuliskan saja semua rasa
Mungkin akan mudah jika semua tidak didefinikan dengan makna
Tidak terlihat seperti kelihatannya .ini salah siapa?
Aku hanya berharap kau akan mengingatkan aku ketika aku kalut dan lupa
Bisa saja aku tidak ingat meski sebenarnya ini sudah berbekas berbenalu didalam sini

Ceritakan segalanya tentang kita
Tak perlu takut
Karna suatu hari dunia pun akan tau jika sisa kisah ini akan kita lalui bersama..

Selasa, 06 Maret 2012

Hujan Hari Ini.. akan tetap sama..

Sudah banyak orang yang menceritakan tentang hujan
Sudah terlalu banyak juga orang yang bersenda gurau dengan hujan
Sudah sangat banyak juga orang yang kecewa pada hujan
Hujan...
Aku suka suasana hari ini
Udara yang lembab. Basah. Dingin dan memunculkan aroma menyenangkan
Itu karna ketika tanah basah semacam ada bakteri yang terhempas, mungkin

Ini cerita tentang hujan
Tentang angin yang membawa awan berkelana bersenandung diantara langit
Kemudian laut yang menguap oleh matahari. berevaporasi.
Ketika awan sudah muak menampung segalanya
Tumpahkan saja. Hitam kelam petir dan apapunnya
Hujan...