Senin, 27 Februari 2012

Pergilah perlahan.. dan lakukan sewajarnya. Sayang...

Aku ingin bercerita banyak denganmu sayang. Sayangnya.. aku belum punya cukup kekuatan untuk bertahan jika saja kau mengolok olok ceritaku. karna biasanya seperti itu.. Namun ini tentang hal lain sayang. Tentang aku yang tidak mungkin melakukan sesuatunya tanpamu, meski itu buatku tersayat, sayang.. nyaman jika berbagi hanya denganmu.

Kita punya dunia yang berbeda sayang. Iya.. kau dengan dunia mu . dan aku dengan duniaku. Aku memiliki duniaku sendiri, sayang.. taukah kamu jika duniaku itu adalah tentangmu? Taukah kamu jika kehidupan ini memang nyaman dihabiskan jika bersamamu?

Sayang..
Aku hanyalah orang yang menuntut segalanya darimu. iya..
Aku hanyalah orang yang masuk kedalam kehidupanmu dan membuat segalanya lebih rumit, iya..
meski buatku hal itu malah menjadi lebih mudah

Sayang..
Aku sudahi semua ini dengan segala cinta yang aku punya
katakanlah aku apapun sebisamu, karna memang aku begitu
Aku bukan siapa siapa. karna itu aku terkadang butuh kehidupanmu yang kadang membuatku lebih menjadi sesuatu yang dianggap ada

Jikapun bersamaku hanya menambah kapasitas kekosonganmu sayang.
pergilah meki pelahan..
Tak apa sayang..
Lakukan sewajarnya.. buat aku terbiasa tanpamu, sama seperti kau membuatku terbiasa denganmu
pergilah perlahan sayang..
Tak apa..
Rangkai kehidupan indah tanpa ada satu manusiapun yang yang akan memotong benang rangkaian itu

Aku ingin bercerita banyak denganmu sayang. Tapi sayangnya aku tak cukup kata kata untuk menjangkau nalarmu yang kadang buatku kelu itu. Namun jangan khawatir sayang. Aku tak akan diam. Aku akan melepasmu dengan senyuman dan akhirnya berdoa agar kehidupanmu lebih indah..
Setelah kau pergi perlahan... dan tetap lakukan sewajarnya, Sayang...

Banda Aceh, 27 Februari 2011
Untuk Seseorang dari hati terdalam....


Selasa, 21 Februari 2012

Cerita dari hasil duduk duduk di Warung Kopi

Jika kuliah hanya 2 jam dalam sehari, maka sisanya akan sangat menyenangkan jika dihabiskan di warung kopi. Bagai jamur dimusim hujan. Fenomena Warung Kopi di Banda Aceh bahkan lebih heboh dibanding fenomena Pilkada. Tapi ini bukan tentang Warung Kopi atau Pilkada. Bukan juga tentang saya yang terkadang bisa menghabiskan sehari semalam -tanpa melupakan lima waktu- di warung kopi.

Tentang fenomena miris dibalik hiruk pikuk warung kopi, denyut nadi Banda Aceh.

Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh mencatat perekonomian provinsi itu tumbuh di atas 5% selama 2011, karena adanya pertumbuhan positif pada semua sektor ekonomi.Pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi pada sektor tanpa minyak dan gas alam (migas) yaitu mencapai 5,89 persen, sedangkan dari sektor migas ekonomi Aceh hanya tumbuh 5,02 persen. (sumber : http://economy.okezone.com/read/2012/02/06/20/570475/ekonomi-aceh-tumbuh-5-di-2011) . Jika ditinjau lebih jauh, seharusnya fakta ini menjadi kabar baik bagi semua lapisan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi ini menandakan bahwa setidaknya Aceh sudah mampu bangkit dari keterpurukan konflik dan bencana alam tsunami, biar bagaimanapun faktor ekonomi merupakan salah satu alasan penting berkembang dan majunya suatu daerah. Namun sayangnya, pertumbuhan ekonomi ini bukan menjadi standar makmur suatu daerah atau negara. Negara atau daerah yang makmur, sudah tentu perekonomiannya mengalami pertumbuhan, tapi tidak sebaliknya.

Bagaimana dengan Aceh, khususnya Banda Aceh? Apakah Pertumbuhan ekonomi ini berdampak positif terhadap aktivitas perekonomian dan kehidupan sosial masyarakat Aceh?

Mungkin  saya tidak dapat menjabarkan secara teoritis fenomena apa yg terjadi di Banda Aceh. Tapi setidaknya, saya masih punya mata untuk melihat.. dan hati untuk merasakan (yeeaahhhh!!!!).

Kembali ke warung kopi.

Suatu hari, di sebuah warung kopi di kawasan Lamnyong, Banda Aceh. Warung kopi pada umumnya, secangkir kopi, sepiring kue, sebuah laptop.
Seperti yang sudah diceritakan diawal.. ini bukan tentang warung kopi.
Ini tentang pengimis. yang  belum 30 menit saya menghabiskan waktu diwarung kopi, sudah minimal 5 orang yang keluar masuk dan wajah miris sedih, menadahkan tangan, "sedekah bacut", hening...

Iya, rizki adalah hal yang memang sudah diatur oleh Allah swt untuk tiap - tiap hambaNya. Iya, pengemis adalah pekerjaan halal, namun pantaskah?
Fenomena yang terjadi adalah mungkin iya, kita akan mempertimbangkan jika si pengemis adalah orang yang kurang sempurna dalam hal fisik (maaf) cacat misalnya. Namun realitas yang terjadi tidak demikian, bahkan persentase orang dengan tubuh fisik yang sempurna dan sehat wal afiat masih berani menjadi pengemis. Kesenjangan sosialkah? miris..
Bukan hanya itu. Terkadang yang mengemis bukan hanya orang tua renta, tetapi mulai dari anak - anak, remaja, sampai ibu ibu bapak bapak yang turut serta membawa seluruh anggota keluarganya. Suatu saat nanti mungkin pengemispun sudah masuk salah satu opsi daftar pencaharian.

Hadist Nabi "Tangan diatas lebih baik dari pada tangan dibawah", iya, hadist tersebut adalah himbauan untuk memberi. Artinya orang yang memberi lebih mulia dari pada orang yang meminta. Bukan orang kaya lebih mulia dari pada orang miskin.

Pengemis. Salah siapa?
Apa arti dari pertumbuhan ekonomi yang lima persen itu?
Apalah arti pembangunan sarana pra sarana yang luar biasa di gembar gemborkan itu?

Dari sisi pemerintah sendiri. Kita juga tidak berhak menyalahkan siapapun, semua bertanggung jawab.
Kalaupun mengambil opsi membuka lapangan pekerjaan baru, baik itu Industri Padat Karya atau apapun, apakah masyarakat kita memiliki skiil?
Selain itu, apakah masyarakat kita memiliki kemauan dan optimisme untuk mengubah jalan hidup?

Jika membahas perihal ini secara rinci dan jelas. mungkin saya minimal harus berkonsultasi dengan dosen saya --"
Ini hanya 'terawangan' saya dari hasil duduk duduk diwarung kopi selama ini. sekedar curhatan seorang warga negara yang khawatir dengan nasib daerahnya, tentang nasib bangsanya.
Semoga ada sedikit yang terpancar disana.. semoga kedepan, masyarakat Aceh khususnya, memiliki pekerjaan yang sedikit beragam dan kreative dari pada mengemis. Amin....